Rabu, 27 Februari 2013

ARTIKEL PENELITIAN MANAJERIAL GURU



KOMPETENSI MANAJERIAL GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN


Abstrak : Studi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan guru dalam mengelola kelas di kaitkan dengan latar belakang guru yang bersangkutan, yang meliputi jenis kelamin, pengalaman mengajar, pengalaman diklat, serta rumpun ilmu yang diajarkan. Studi ini dilakukan terhadap peserta Diklat Layanan Dasar Kependidikan bagi guru SMK penerima ’Block Grant’ dari Depdiknas di Banten, dimana dari seluruh populasi yang berjumlah 420 peserta diambil 30% sebagai sampling atau 126 orang guru. Instrumen yang digunakan menggunakan angket/kuesioner yang berisi kegiatan yang biasa dilakukan guru dalam proses pembelajaran, dengan kisi-kisi yang buat merujuk kedalam satandar kompetensi guru. Hasil studi menunjukan bahwa kemampuan manajerial guru dalam kelas yang di indikasikan dengan skor rata-rata yang dicapai memperlihatkan hasil yang kurang memuaskan. Rata-rata skor kompetensi manajerial guru mencapai 96,22.
Begitupun halnya kemampuan manajerial guru berdasarkan perbedaaan kemampuan jenis kelamin dan pengalaman mengajar secara statistik tidak menunjukan perbedaan secara signifikan. Meskipun secara rata-rata ada perbedaan, tetapi hal tersebut tidak dapat dijadikan alasan. Sementara rata-rata skor kemampuan guru dalam proses pembelajaran yang dicapai berdasarkan pengalaman mengikuti pelatihan menunjukan adanya perbedaan yang signifikan secara statistik. Untuk itu disarankan perlu adanya pembinaan secara terprogram sesuai dengan kebutuhan guru dilapangan (Need Assessment), pembinaan karir dan peningkatan kesejahteraan guru agar dapat memotivasi guru untuk terus mengembangkan kemampuannya, dan sekolah perlu menciptakan manajemen sekolah yang efektif, yang mendukung terhdap usaha untuk meningkatkan profesionalisme guru.

A.     PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Pembangunanan dalam bidang pendidikan mempunyai posisi yang sangat strategis dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manuasia (SDM), sehigga bangsa Indonesia memiliki sumberdaya yang mampu bersaing dalam era globalisasi yang menuntut daya saing tinggi.
Sejalan dengan hal itu, pemerintah telah berupaya secara terencana dan terarah membangun sektor pendidikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Salah satu upaya tersebut adalah menitikberatkan kepada upaya pemenuhan kesempatan memperoleh pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT), upaya tersebut telah menunjukan hasil secara nyata yang ditandainya dengan tingginya angka partisipasi kasar (APK).
Keberhasilan tersebut merupakan modal dalam melanjutkan pembangunan, namun dengan tetap mempertahankan pemerataan kesempatan belajar pembangunan sektor pendidikan  juga perlu memperhatikan mutu atau pendidikan yang beroientasi peningkatan mutu lulusan.
Hal ini yang menjadi permasalahan dunia pendidikan, disatu pihak upaya pemerintah dalam meningkatkan APK telah berhasil tetapi tetapi tidak dibarengi dengan mutu lulusan yang memadai, sehingga apa yang terjadi adalah tingginya angka pengangguran terdidik yang disebabkan oleh rendahnya kualitas output pendidikan .
Rendahnya mutu lulusan pendidikan dapat dilihat dari rendahnya daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia dibandingkan dengan SDM negara asia lainnya, dari hasil penelitian yang dilakukan Human Development Index negara Indonesia menempati peringkat ke-109 jauh dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia yang menempati peringkat ke-27 dan Filipina ke-32 (Human Development Resources , 2000)
Berdasarkan data tersebut pendidikan di Indonesia masih belum berhasil dan jauh dari harapan yaitu memiliki sumber daya manusia yang berdaya bersaing tinggi. Untuk itu fokus peningkatan mutu pendidikan merupakan kebijakan yang harus diperhatikan saat ini. Berbagai upaya telah dilakukan oleh semua instansi terkait dalam upaya peningkatan mutu pendidikan baik melalui perubahan kurikulum, pola mengajar dan upaya-upaya peningkatan kompetensi guru. 
Salah satu upaya yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan mutu adalah peningkatan kompetensi guru di dalam kelas, karena di sana terjadi proses pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan, oleh karena itu fokus utama yang harus dilakukan adalah bagaimana pelaksanan proses pembelajaran yang terjadi agar mendukung upaya pencapaian tujuan pendidikan, yang pada akhirnya terciptanya output lulusan pendidikan yang berkualitas.
Menurut  Moh. Uzer Usman (2000), bahwa guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Guru memiliki peran sebagai pengelola kelas dalam proses pembelajaran dan berusahan menciptakan situasi belajar yang efektif sehingga memungkinkan proses pembelajaran berjalan dengan baik.
Mengingat begitu pentingnya kompetensi manajerial guru dalam kelas untuk menciptakan mutu pembelajaran, maka upaya peningkatan kompetensi guru perlu terus dikembangkan. Kurangnya kompetensi guru dalam hal ini dengan terjadinya kelas yang tidak menyenangkan dan membosankan siswa dan akan menyebabkan antusiasme siswa terhadap belajar menurun sehingga pada akhirnya hasil belajar tidak tercapai .

2.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah sejauhmana kompetensi manajerial guru dalam proses pembelajaran serta kaiatannya dengan latar belakang guru yang bersangkutan (jenis kelamin, kualifikasi pendidikan, pengalaman mengajar, dan pengalaman mengikuti pelatihan)


3.    Tujuan Penelitian
Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan guru dalam mengelola kelas serta kaiatannya dengan latar belakang guru yang bersangkutan. Secara khsusus tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : (1) untuk mendapatkan informasi tentang seberapa jauh tingkat kemampuan guru dalam melaksanakan manajemen kelas. (2) untuk mengetahui tingkat perbedaaan kemampuan guru dalam melaksanakan manajemen kelas diantara guru sampel berdasarkan jenis kelamin, pengalaman mengajar, dan pengalaman mengikuti diklat.

4.    Hasil yang di harapkan
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu informasi yang berisikan informasi tentang manajemen pembelajaran dan memberi kontribusi yang berarti bagi guru dalam upaya meningkatkan kemampuan manajerialnya. Kemudian hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk dijadikan masukan bagi peningkatan kualitas sekolah.

B.     KAJIAN PUSTAKA
1.    Kompetensi Profesional Guru
Kedudukan guru memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam belajar. Hal ini karena guru berfungsi sebagai  pengajar (instructure) dalam kelas yang secara langsung berhadapan dengan siswa dalam proses belajar. Selain itu juga guru berfungsi sebagai pengelola (manager) dalam kelas yang bertugas untuk mengatur dan mengelola kelas sehingga terwujudnya kelancaran dalam proses pembelajaran.
Fungsi guru sebagai pengelola (manager) kelas bertujuan untuk menciptakan kelancaran proses belajar mengajar. Dalam hal ini guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang ”Favorable” (menyenangkan) sehingga dapat memberikan keleluasaan bagi siswa untuk mengembangkan segala potensi yang dimilikinya dalam belajar.
            Oleh sebab itu penguasaan kompetensi manajerial guru dalam kelas menjadi sangat penting  dalam upaya mendukung efektifitas proses pembelajaran. Berkaitan dengan hal itu, maka topik yang akan dibahas berkaitan dengan kemampuan manajerial guru dalam kelas adalah ; 1) Pengertian kompetensi manajerial guru  dalam kelas, 2) tujuan manajemen kelas, dan 3) Ruang lingkup manajemen kelas.

2.    Kompetensi Manajerial Guru
Kompetensi manajerial guru dalam kelas merupakan salah satu kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh seorang guru. Sedangkan kelas merupakan tempat  dilakukannya proses pembelajaran antara guru dan peserta didik.
Kompetensi manajerial guru dalam kelas tersebut merupakan sebuah kecakapan yang dimiliki dan ditunjukan oleh guru dalam proses pembelajaran, kecakapan tersebut berkaitan dengan upaya guru dalam mengatur, mengelola kelas dengan mengoptimalisasikan seluruh sumber daya yang ada di kelas agar tercipta proses belajar mengajar yang kondusif, sehingga terjadi kelancaran dalam proses belajar mengajar dan pada akhirnya tujuan belajar dapat tercapai secara efektif.
Menurut pendapat dari Cece Wijaya (1991: 113) menyatakan bahwa kemampuan manajerial guru dalam kelas merupakan kemampuan guru dalam manajemen kelas merupakan        kemampuan yang menggambarkan keterampilan guru dalam merancang, menata dan mengatur kurikulum, menjabarkan kedalam prosedur pengajaran dan sumber-sumber belajar,serta menata lingkungan belajar yang merangsang tercapainya suasana pengajaran yang efektif dan efisien.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan  manajerial guru dalam kelas  pada intinya adalah kemampuan guru dalam mengola kelas (manajemen kelas), yang dilakukan dari menata, merancang, menjabarkan kurikulum kedalam proses pembelajaran serta menata lingkungan belajar agar dapat mendukung terhadap efektifitas pembejaran

3.    Tujuan Manajemen Kelas
Menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan (1991: 114) tujuan Manajemen kelas itu diantaranya adalah : (1) agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai dengan efektif dan efisien.(2) untuk  memberikan kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam pengajaran. Dengan demikian tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas bagi kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial ,emosional dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan dapat memungkinkan terciptanya kelancaran bagi siswa untuk melakukan belajar.
Selain itu juga, pengelolaan kelas dimaksudkan agar menciptakan lingkungan kelas yang nyaman untuk belajar dan dapat memberikan ransangan kepada siswa untuk menumbuhkan segala potensi yang dimilikinya dalam upaya mencapai kecerhasilan belajar.

4.    Ruang Lingkup Kompetensi Manajemen kelas
Johanna Kasin Lemlech (Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, 1991 : 113) menyatakan bahwa ruang lingkup pengelolaan kelas merupakan ”Classroom management is the orchestration of classroom life : planning curriculum organizing procedures and resources, arranging the environment to maximize effeciency, monitoring student progress, anticipating potential problems”.
Berdasarkan definisi tersebut diatas, yang dimaksud dengan pengelolaan kelas adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam menata kehidupan kelas yang dimulai dari perencanaan kurikulum, penataan  prosedur dan sumber-sumbernya, pengaturan lingkungan, memantau kemajuan siswa dan mengantisipasi masalah-masalah yang timbul.
a.       Kompetensi merencanakan pembelajaran
Perencanaan dimaksudkan agar program pengajaran hendaknya dapat menjadikan guru lebih siap dalam mengajar dengan perencanaan yang matang. Guru dalam setiap pengajaran harus mengadakan persiapan dahulu, baik persiapan secara tertulis maupun persiapan tidak tertulis agar pengajaran terarah dan baik. Oleh karena itu seorang guru sebelum melakukan pembelajaran perlu memiliki kemampuan merencanakan pembelajaran.
Kemampuan guru untuk dapat mempersiapan rencana program pembelajaran, yang dikenal dengan satuan pembelajaran (SATPEL). Rencana yang disusun guru merupakan petunjuk bagi guru untuk melaksanakan tugasnya mengajar di dalam kelas.
Dalam penyusunan rencana pembelajaran guru perlu memperhatikan hal-hal berikut :
1)         Rumusan tujuan-tujuan pembelajaran
Merumuskan tujuan pembelajaran merupakan satu tahapan dalam proses desain pengajaran. Perencanaan tujuan dimaksudkan untuk memberikan petunjuk dalam memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik,mengalokasikan waktu,petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran,dan prosedur pengajaran. Disamping itu tujuan merupan kriteria untuk menilai mutu dan efisiensi pengajaran. Oleh karena itu dalam merumuskan tujuan pembelajaran harus jelas, tepat, dan tidak bersipat meragukan.
2)         Materi atau bahan pembelajaran yang akan disajikan
Bahan pembelajaran merupakan unsur penting dalam proses pembelajaran, yang menempati kedudukan yang menentukan keberhasilan belajar mengajar dan berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, serta menentukan kegiatan belajar mengajar. Karena itu perencanaan bahan pembelajaran perlu mendapat pertimbangan secara cermat. Dalam perencanaannya guru harus dapat menyusun sumber atau bahan yang akan diajarkan dalam kelas secara cermat sesuai kebutuhan.sumber pengajaran.
3)         Metode dan media pembelajaran yang akan dipilih.
Dalam membuat rencana pembelajaran guru harus mampu untuk menentukan metode yang efektif untuk digunakan dalam pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan cara-cara atau teknik yang dipakai oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Kegiatan menetapkan atau pemilihan metode ini merupakan langkah yang cukup penting dalam sebuah perencanan pembelajaran.
Guru perlu memiliki kemampuan dalam pemilihan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Kesalahan dalam pemilihan media ini akan sangat berpengaruh terhadap upaya pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu guru harus memiliki kemampuan memilih dan menetapkan media yang tepat guna mendukung terhadap upaya pencapaian tujuan pembelajaran.
4)         Alat evaluasi yang akan digunakan
Langkah terakhir yang harus dilakukan guru dalam mempersiapkan perencanaan pembelajaraan adalah menyiapkan atau menyusun alat evaluasi. Instrumen evaluasi yang dibuat tersebut harus relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Instrumen evaluasi ini merupakan alat penilain yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Rencana evaluasi menggambarkan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penetapan terhadap instrumen evaluasi ini harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.



b.       Kompetensi mengorganisasi kelas
Kemampuan pengorganisasian kelas merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam mengelola kelas. Pengelolaan kelas pada hakikatnya berkenaan dengan bagaimana caranya agar proses belajar yang terjadi didalam kelas dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam hal ini guru melakukan pengoraganisasian di dalam kelas ketika proses pembelajaran berjalan. Ada beberapa hal yang harus diorganisasikan oleh guru dalam proses pembelajaran diantaranya (1) oraganisasi kurikuler yang didalamnya menyangkut penataan bahan pelajaran, tugas belajar, kegiatan siswa, hasil evaluasi, dll. (2) organisasi siswa termasuk pengelompokan siswa dalam belajar, diskusi kelompok, dan (3) organisasi fasilitas kelas, yang didalamnya adalah kegiatan penataan tempat duduk, papan tulis, dan perlengkapan belajar lainnya.
c.        Kompetensi melaksakan pembelajaran
Kompetensi guru sebagai manajer kelas diuji dalam tahap ini, guru harus pandai melakukan pembelajaran dan sanggup memelihara kondisi kelas yang dapat memberikan rasa senang belajar pada peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan efektif maka seorang guru dituntut untuk mampu melakukan kegiatan yang mengarah pada terjadinya kondisi kelas yang dapat memberikan kelancaran belajar. Kemampuan yang perlu dimiliki tersebut antara lain : (1) Penguasaan bahan pembelajaran.Penguasan terhadap materi bahan pelajaran bagi guru merupakan sesuatu hal yang pokok dan mutlak harus dimiliki untuk kelancaran proses belajar mengajar. Hal ini berkaitan erat dengan upaya membawa siswa kearah  tujuan  yang ingin dicapai. Pada dasarnya materi pembelajaran itu merupakan sesuatu yang membawa kesan untuk mencapai tujuan pembelajaran. (2) Keterampilan menggunakan metode dan media pembelajaran. Kemampuan dalam menggunakan metode dan media pembelajaran dalam mendukung proses pelaksanaan pembelajaran bagi guru merupakan kompetensi yang harus dimiliki guru. Penggunaan metode dan media yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran akan memberikan efektifitas terhadap pelaksanaan belajar. Dismaping itu dengan memiliki kompetensi dalam menggunakan metode dan media maka upaya tercapainya tujuan pembelajaran akan semakin optimal.
d.       Kompetensi membina kedisiplinan kelas
Pembinaan kedisiplinan di dalam kelas dalam proses pembelajaran merupakan kegiatan yang merupakan tugas yang tidak dapat dipisahkan yang dilakukan oleh guru. Pembinaan kedisiplinan dimaksudkan untuk terciptanya ketertiban di dalam kelas sehingga terjadi efektifitas dalam proses pembelajaran.
Menurut NA. Ametembun (1998:9)  menyatakan bahwa disiplin kelas adalah keadaan tertib dimana guru dan murid-murid yang tergabung dalam suatu kelas tunduk dan patuh kepada peraturan-peraturan (tata-tertib) yang telah ditetapkan dengan senang hati.
Dalam menegakkan kedisiplinan dalam kelas guru harus bertindak tegas dan bisa dilakukan dengan menaati semua ketentuan yang ada. Baik guru maupun siswa harus memiliki komitmen untuk turut serta membina kedidisiplinan di dalam kelas.
e.        Kompetensi menciptakan iklim kelas yang kondusif
Guru harus dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan penuh dengan kegairahan, sehingga motivasi belajar untuk meraih prestasi sangat besar. Suasana belajar yang demikian biasanya tercermin bagi prilaku guru dan siswa (kondisi sosio-emosional) yang ditampilkan dalam proses pembelajaran, selain itu juga dipengaruhi oleh tata letak atau pengaturan terhadap barang-barang kelas (kondisi fisik).
Kondisi sosio-emosional guru dalam pembelajaran akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa, dan efektifitas tercapainya tujuan pembelajaran. Kondisi tersebut antara lain adalah karakteristik kepemimpinan guru, apakah guru dominatif (autokratik) atau integratif (demokratis), selain itu juga sikap   yang ditampilkan guru dalam pembelajaran seperti suara guru, pembinaan hubungan baik dengan siswa ikut mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran, maka guru sebagai pemegang peranan penting di dalam kelas perlu memperkaya diri dengan kemampuan yang mengarah kepada terciptanya iklim kelas yang kondusif.
f.         Kompetensi Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi Pembelejaran merupakan kegiatan akhir dari proses manajemen kelas. Setelah selesai proses pembelajaran guru perlu melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukannya. Melalui evalausi dapat terlihat sejauhmana tujuan pembelajaran telah dipahami oleh siswa. Hasil evalauasi tersebut bagi guru dapat dijadikan pijakan dalam proses pembelajaran selanjutnya. Evaluasi dilakukan baik terhadap produk (hasil) belajar atau proses (pelaksanaan pembelajaran).

C.     METODOLOGI
1.      Metode Penelitian
            Berdasarkan pada masalah yang diteliti yaitu tingkat kompetensi manajerial guru dalam proses pembelajaran, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah medode survei dengan pendekatan deskriptif.

2.      Instrumen penelitian
Instrumen penelitian ini pengukuran dilakukan pada situasi nyata yang dilakukan oleh responden dalam proses pembelajaran, bukan apa yang seharusnya dilakukan. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah angket (kuesioner), yang disusun dalam bentuk model skala Likert. Alternatif jawaban yang disediakan dalam instrumen terdiri atas lima pilihan (selalu, sering, kadang, jarang, dan tidak pernah dilakukan) untuk pernyataan  positif rentang skor adalah 5 – 1, begitu juga sebaliknya.
Instrumen penelitian yang digunakan dikembangkan dari pedoman standar kompetensi guru (terbitan DEPDIKNAS).  Adapun karakteristik kuesioner yang digunakan dapat dilihat dalam Tabel 2.1



Tabel 2.1. Karakteristik Kuesioner

No
Karakter
Keterangan
1
Jumlah butir pernyataan
25
2
Reliabilitas *)
0.650
3
Validitas instrumen **)
0.721

*) Relibitas instrumen termasuk dalam kategori cukup baik
**) Validitas instrumen termasuk dalam kategori tinggi.

3.      Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di LPMP Banten terhadap guru SMK yang sedang mengikuti diklat Layanan Dasar Pendidikan bagi SMK penerima dana Block Grant.

4.      Populasi dan Sampling
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah Guru SMK yang sedang mengikuti diklat Layanan Dasar Pendidikan, berjumlah 420 orang. Dari populasi dipilih sampel secara acak sederhana sebesar 30 % responden (simple random sampling) sehingga diperoleh jumlah peserta yang dijadikan sampel 126

5.      Analisis Data
Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan program SPSS (Statistic Package for Social Studies), sub program rata-rata (mean), simpangan baku (standard deviation), variance, corcelation coefficient, corcelation pearson,  dan Uji t (t-Test).

D.    HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN
1.        Kemampuan Manajerial Guru
Hasil pengumpulan data dari 126 responden guru SMK yang sedang mengikuti diklat layanan dasar pendidikan, kuesioner yang terkumpul dan dapat diolah sebanyak 89. ada beberapa alasan sehingga tidak semua data terkumpul dan dapat diolah seperti lupa. Hasil studi memperlihatkan tingkat kemampuan guru yang masih kurang memuaskan. Kemampuan manajerial guru dalam proses pembelajaran rata-rata skor yang diperoleh adalah 96,25. skor minimum yang dicapai oleh responden mencapaia 63 dan  skor maksimumnya adalah 120. ada beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab pencapaian rata-rata skor yang kurang memuaskan diantaranya adalah :
  1. Tingkat kesejahteraaan yang tidak mendukung terhadap proses pembelajaran yang efektif. Rendahnya tingkat kesejahteraan guru yang membuat turunnya etos kerja guru yang pada akhirnya memperburuk kinrjs guru dalam proses pembelajaran. Dapat dibandingkan bahwa tingkat kesejahteraaan guru di Indonesia jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan negara lain. Tailand misalnya gaji guru mencapai 222 dolar Amerika.
  2. Sedikitnya waktu untuk belajar dan mengembangkan profesionalismenya. Hal ini karena guru terlalu disibukan dengan hal-hal yang tidak terlalu penting disekolah dan tidak sedikit guru yang mendapatkan beban tambahan. Sebaliknya guru harus mengedepankan fungsi utamanya sebagai guru, yaitu melakukan proses pembelajaran yang baik di dalam kelas.
  3. Tidak tersedianya sumber belajar yang mendukung di dalam kelas. Kondisi sekolah di Indonesia pada umumnya masih kekurangan dari berbagai hal, terlebih pada sekolah yang berada di daerah miskin
  4. Kulifikasi pendidikan guru sebagian besar belum memenuhi syarat untuk mengajar dan kurang memahami metode mengajar yang baik.
  5. Sistem evaluasi pembelajaran yang kurang efisien, yang menjadikan guru lebih mengutamakan bagaimana cara mencapai target pembelajran dengan cepat, tanpa memperdulikan proses pembelajaran yang harus terjadi, aspek afektif dan psikomotorik  tidak dipertimbangkan.
  6. Manajemen sekolah yang kurang mendukung untuk terciptanya proses pembelajaran yang baik.

2.        Kemampuan Manajerial Guru Dikaitkan dengan Latar Belakang
Kondisi yang menarik terlihat dari keterkaitan antara skor rata-rata dengan latar belakang guru yang bersangkutan, seperti jenis kelamin, pengalaman mengajar, dan pengalaman mengikuti pelatihan.

Tabel 3.1 Rata-rata skor kemampuan manajerial guru SMK yang sedang mengikuti Diklat Layanan Dasar Kependidikan.

No
Variabel
N
Rata-rata Skor
ANOVA (*signifikansi 5%)
df
F
Sig
1
Jenis Kelamin
Laki-laki
34
98,88
1
3.98
0,66
Perempuan
55
94,62
2
Pengalaman Mengajar
≥ 10 Ta
29
98,28
1
2,74
0,063
< 10 tahun
60
95,27
3
Pengalaman Diklat
Pernah
58
98,12
1
0,42
0,612*
Tidak pernah
31
92,61

a.        Jenis Kelamin
Pencaian rata-rata skor kemampuan manajerial guru dalam proses pembelajaran antara guru laki-laki dengan guru perempuan tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan secara statistik. Namun secara rata-rata skor responden yang dicapai laki-laki lebih besar dari pada responden perempuan yaitu sekitar 98,88 untuk responden laki-laki, sementara perempuan sekitar 94,62. (lihat tabel 3.1).

b.        Pengalaman Pengajar
Berdasarkan pengalaman mengajar skor rata-rata kemampuan manajerial guru dalam proses pembelajaran antara guru yang memiliki pengalaman diatas 10 tahun dan guru yang memiliki pengalaman dibawah 10 tahun, menunjukan bahwa guru yang memiliki pengalaman lebih lama memiliki skor lebih tinggi sebesar 98,28 dan  skor 95,27 untuk guru yang memiliki pengalaman dibawahnya. Namun perbedaaan rata-rata tersebut meskipun berbeda, tetapi secara statistik tidak signifikan.

c.         Pengalaman Diklat
Rata-rata skor kemampuan manajerial guru dalam proses pembelajaran yang dicapai responden yang pernah mengalami pelatihan dan tidak mengalami pelatihan memperlihatkan perbedaan secara signifikan secara statistik. Responden yang mengalami pelatihan menunjukan rata-rata skor 98,12 lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak pernah 92,61. Secara rata-rata perbedaaan tersebut sangat kecil yakni (rank 5,41).

E.     SIMPULAN DAN SARAN
1.      Simpulan
Kemampuan manajerial guru SMK yang sedang mengikuti Diklat Layanan Dasar Kependikan, dapat dilihat dari rata-rata skor yang dicapai sebesar 96,25. hal ini menunjukan bahwa performace guru dalam proses pembelajaran kurang memuaskan. Begitupun halnya perbedaaan kemampuan jenis kelamin dan pengalaman mengajar secara statistik tidak menunjukan perbedaan secara signifikan. Meskipun secara rata-rata ada perbedaan, tetapi hal tersebut tidak dapat dijadikan alasan. Sementara rata-rata skor kemampuan guru dalam proses pembelajaran yang dicapai berdasarkan pengalaman mengikuti pelatihan menunjukan adanya perbedaan yang signifikan secara statistik.
2.      Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka perlu adanya usaha peningkatan kemampuan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran, usaha tersebut dapat dilakukan adalah :
a.             Melakukan pembinaan secara terprogram sesuai dengan kebutuhan guru dilapangan (Need Assessment) yang perlu mendapatkan perhatian serius bagi pemerintah dalam hal ini LPMP dan lembaga lainnya.
b.            Adanya pembinaan karir dan peningkatan kesejahteraan guru agar dapat memotivasi guru untuk terus mengembangkan kemampuannya.
c.             Sekolah perlu menciptakan manajemen sekolah yang efektif, yang mendukung terhdap usaha untuk meningkatkan profesionalisme guru.
d.            Guru perlu bersifat terbuka ”membuka diri” terhadap kondisi disekitanya, untuk terus melakukan perubahan-perubahan sesuai dengan yanng dituntut.
e.             Pengawas perlu secara intensif melakukan supervisi klinis sebagai upaya pembinaan.
f.              Pemerintah dalam hal ini Depdiknas apabila diperlukan dapat merumuskan kebijakan baru dalam rangka meningkatkan citra guru di masyarakat, sehingga pekerjaan guru merupakan profesi yang menjanjikan.
g.             Penelitian ini hanya mengungkap kemampuan manajerial guru dalam proses pembelajran, sedangkan selain sebagai manager di dalam kelas posisi guru juga adalah sebagai leader, teacher, guider, dan fasilitator. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lanjutan.



Daftar Pustaka

Ametembun, NA (1988) Visi Baru bagi Pengembangan Profesional Guru : Bandung: Suri
Arikuntoro, S (1991) Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta Rineka Cipta
Fattah, N (1996) Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Samara A, (1994) Profesionalisme Keguruan, Yogyakarta : Kanisius
Sugiono, (1999) Metode Penelitian Administrasi, Bandung : CV Alfabeta
Usman, Moh Uzer (2000) Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remadja Rosda Karya.
Umar Tirta Raharja, et. al (2005) Pengantar Pendidikan, Jakarta : PT Rineka Cipta.
Wijaya, C et. al (1991) Kemampuan Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remadja Rosda Karya.
........................, (2005) Standar Kompetensi Guru, Ditendik Departemen Pendidikan Nasional.
........................, (2001) Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Direktorat PMU Departemen Pendidikan Nasional.




Tidak ada komentar: