ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN
DALAM DESAIN PEMBELAJARAN
Pendahuluan
Mengapa
pembelajaran? Ada beberapa alasan yang melatar belakanginya; Pertama adanya
kenyataan/hasil yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Kedua, adanya
perubahan lingkungan/suasana kerja yang diakibatkan oleh modifikasi prosedur
atau instalasi peralatan yang baru. Ketiga, perkembangan perusahaan atau
industri yang begitu pesat sehingga SDM perlu ditingkatkan.
Proses
desain sebuah pembelajaran dimulai dengan identifikasi masalah atau kebutuhan
pembelajaran dan analisis pembelajaran. Kedua kegiatan merupakan rangkaian erat
yang secara berurutan dan bersama-sama untuk dikerjakan sebelum pendesain
merancang pembelajaran, sedang analisis pembelajaran bentuk penjabaran perilaku
umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis.
Ada tiga
pendekatan yang berbeda dalam mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran;
Analisa kebutuhan, Analisa tujuan dan analisa proses/hasil/pelaksanaan
Apakah itu Kebutuhan Pembelajaran?
Kesenjangan adalah
sebuah permasalahan yang harus dipecahkan
karena itu kesenjangan dijadikan suatu kebutuhan dalam merancang pembelajaran,
sehingga pembelajaran yang dilaksanakan merupakan solusi terbaik. Bila
kesenjangan tersebut dan menimbulkan efek yang besar, maka perlu diprioritaskan
dalam pengatasan masalah (Dick and Carey : 1990,15 -
27 ), mencampuradukkan antara kebutuhan dan keinginan diidentikkan
adalah hal yang keliru sebab menurut M. Atwi Suparman (2001 : 63) kebutuhan
adalah kesenjangan antara keadaan sekarang dengan yang seharusnya dalam redaksi
yang berbeda tapi sama. Morrison (2001: 27), mengatakan bahwa kebutuhan (need)
diartikan sebagai kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kondisi yang
sebenarnya, keinginan adalah harapan ke depan atau cita-cita yang terkait
dengan pemecahan terhadap suatu masalah. Sedangkan analisa kebutuhan adalah
alat untuk mengidentifikasi masalah guna menentukan tindakan yang tepat.
(Morrison, 2001: 27)
Oleh karena itu Kaufman (1982) mengajak kita meyakini betul apa masalah
yang kita hadapi (M. Atwi Suparman: 2001-63), maka jika kita mengajar hendaknya
kita mengajukan kepada diri kita suatu pertanyaan apakah pemberian pembelajaran
itu dapat memecahkan masalah? Pertanyaan- pertanyaan senada antara lain:
1. Apa
kebutuhan yang dihadapi.
2. Apakah
kebutuhan tersebut merupakan masalah.
3. Apa
penyebabnya.
4. Apakah
pemberian pelajaran merupakan cara yang tepat untuk memecahkan masalah.
Morrison
(2001: 27) membagi fungsi analisa kebutuhan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan pekerjaan
atau tugas sekarang yaitu masalah apa yang mempengaruhi hasil pembelajaran.
2.
Mengidentifikasi kebutuhan mendesak yang terkait dengan finansial, keamanan
atau masalah lain yang menggangu pekerjaan atau lingkungan pendidikan
3.
Menyajikan prioritas-prioritas untuk memilih tindakan.
4.
Memberikan data basis untuk menganalisa efektifitas pembelajaran.
Ada enam macam kebutuhan yang biasa digunakan untuk merencanakan dan
mengadakan analisa kebutuhan (Morrison, 2001: 28-30).
1. Kebutuhan Normatif
Membandingkan peserta didik dengan standar nasional, misal Ujian Nasional, ujian
sekolah, dan sebagainya.
2. Kebutuhan Komperatif, membandingkan peserta didik
pada satu kelompok dengan kelompok lain yang selevel. Misal, hasil UN SMP A dengan SMP B.
3. Kebutuhan yang dirasakan, yaitu hasrat atau
kinginan yang dimiliki masing-masing peserta didik yang perlu ditingkatkan.
Kebutuhan ini menunjukan kesenjangan antara tingkat ketrampilan/kenyataan yang
nampak dengan yang dirasakan. Cara terbaik untuk mengidentifikasi kebutuhan ini
dengan cara interview.
4. Kebutuhan yang diekspresikan, yaitu kebutuhan
yang dirasakan seseorang mampu diekspresikan dalam tindakan. Misal, siswa yang
mendaftar sebuah kursus.
5. Kebutuhan Masa Depan, Yaitu mengidentifikasi
perubahan-perubahan yang akan terjadi dimasa mendatang. Misal, penerapan teknik
pembelajaran yang baru, dan sebagainya.
6. Kebutuhan Insidentil yang mendesak, yaitu faktor negatif
yang muncul di luar dugaan yang sangat berpengaruh. Misal, bencana nuklir,
kesalahan medis, bencana alam, dan sebagainya.
Bagaimana Tahapan dalam melakukan Analisis Kebutuhan?
Ada empat tahap dalam melakukan analisa kebutuhan yakni perencanaan,
pengumpulan data, analisa data dan menyiapkan laporan akhir.
Perencanaan : yang perlu dilakukan; membuat klasifikasi siswa, siapa yang akan
terlibat dalam kegiatan dan cara pengumpulannya. (Morrison, 2001 : 32)
Pengumpulan data : perlu mempertimbangkan besar kecilnya sampel dalam penyebarannya
(distribusi) (Morrison,2001 : 33).
Analisa data : setelah data terkumpul kemudian data dianalisis dengan pertimbangan :
ekonomi, rangking, frequensi dan kebutuhan (ibid).
Membuat laporan akhir : dalam sebuah laporan analisa kebutuhan
mencakup empat bagian; analisa tujuan, analisa proses, analisa hasil dengan
table dan penjelasan singkat, rekomendasi yang terkait dengan data. (Morrison, 2001: 33-34).
Membicarakan tentang analisis tujuan tidak bisa dipisahkan dengan input
yang terkait dengan masalah dan proses analisa kebutuhan.
Bagimana Strategi mengindentfikasi kebutuhan pembelajaran?
Untuk memahami suatu kebutuhan termasuk masalah atau perlu penilaian
terlebih dahulu terhadap kebutuhan yang teridentifikasi yang disebut need
assessment.
Rasset menekankan pentingnya pengumpulan informasi tentang penilaian
kebutuhan secara langsung dari siswa baik orang dewasa maupun siswa umum. la
mengidentifikasi lima tipe pertanyaan yang berbeda-beda kelima pertanyaan
tersebut:
1. Tipe pertanyaan untuk mengidentifikasi masalah siswa atau ‘leaner’ tentang seperti masalah yang
sedang dihadapi.
2. Tipe pertanyaan yang menanyakan kepada
siswa untuk mengungkapkan prioritas-prioritas diantara
ketrampilan-ketrampilan yang mungkin dapat dimasukkan dalam pelajaran. Contoh :
ketrampilan apa yang dibutuhkan ?
3.Tipe pertanyaan yang meminta
kepada siswa untuk mendemonstrasikan ketrampilan tertentu. Contoh : tulislah pertanyaan dengan kalimat yang
pendek
4. Tipe pertanyaan mencoba untuk mengungkapkan perasaan dan kesan siswa
tentang suatu pelajaran tertentu. Contoh : apa yang menarik dari pelajaran
tersebut ?
5. Tipe pertanyaan yang memberikan kepada siswa untuk menentukan pemecahan
sendiri secara baik. Contoh : apa yang paling baik dilakukan untuk... ?
Harles (1975) menggambarkan partisipasi pihak-pihak yang mempunyai hubungan
kerja sama untuk mengidentifikasikan kebutuhan pembelajaran yaitu siswa,
pendidik, masyarakat dalam bentuk segitiga.
Atwi Suparman (2001 : 65-72) ada 8 langkah dalam mengidentifikasi kebutuhan
pembelajaran sebagai berikut:
Langkah 1.
Mengidentifikasi kesenjangan hasil prestasi saat ini dengan yang
diidealkan. Untuk memperoleh data tersebut menggunakan cara; membaca laporan
tertulis observasi, wawancara, angket dan dokumen serta data
lainnya terkait dengan hasil belajar.
Langkah 2.
Sebelum mengambil tindakan pemecahan masalah, kesenjangan tersebut harus
dinilai terlebih dahulu dari segi: Tingkat signifikasi pengaruhnya, Luas ruang lingkup dan pentingnya peranan kesenjangan
terhadap masa depan lembaga atau program.
Langkah 3.
Yang dilakukan dalam langkah ini:
a. Menganalisis kemungkinan penyebab kesenjangan melalui
observasi,wawancara, analisa logis.
b. Memisahkan kemungkinan penyebab yang tidak berasal dari kekurangan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap untuk diserahkan penyelesaiannya kepada
pihak lain.
c. Mengelompokkan kemungkinan penyebab yang berasal dari kekurangan
pengetahuan ketrampilan dan sikap tertentu untuk diteruskan ke langkah 4.
Langkah 4.
Menginterview siswa untuk
memisahkan antara yang sudah pernah dan yang belum memperoleh pendidikan, bagi
yang sudah berpendidikan melanjutkan ke-langkah 5 dan bagi yang belum
meneruskan ke-langkah 8.
Langkah 5
Bagi peserta yang sudah
berpendidikan pada langkah ini dikelompokkan lagi mejadi peserta yang sering
mengikuti pendidikan menuju ke-langkah 6 dan jarang mengikuti pendidikan
melanjutkan ke-langkah 7.
Langkah 6.
Kelompok yang sudah sering
mendapat pendidikan diberi umpan balik atas kekurangannya dan diminta untuk
mempraktekkan kembali sampai dapat melakukan tugasnya seperti yang diinginkan.
Langkah 7.
Bagi kelompok yang masih jarang mengikuti pendidikan diberi kesempatan
lebih banyak untuk berlatih kembali, ini perlu disupervisi dari dekat agar
mencapai hasil yang diinginkan.
Langkah 8.
Untuk kelompok peserta yang belum pernah memperoleh pendidikan perlu
dibuatkan intruksional yang mencakup pengetahuan dan ketrampilan yang
diperlukan untuk diketahui peserta.
Penutup
Dari bahasan di atas dapat dipahami bahwa seorang pendidika yang
profesional sudah seharusnya paham akan tuntutan profesi baik secara
administrasi, akademis, praktik, lebih penting lagi masalah bagaimana mendesain
sebuah pembelajaran yang harmoni yaitu mendesain content atau materi pembelajaran
yang aktual dan relevan dengan tuntutan atau kebutuhan life skill siswa dan
sesuai zamanyya, mendesain learning objective sesuai dengan kebutuhan siswa dan
tingkat kesulitannya, fururistik/kedepan tidak menjadikan siswa ketinggalan
zaman dengan komunitasnya. Kesemuanya terencana berdasarkan
apa yang mesti ada dan dihadirkan sesuai dengan kondisi siswa secara klasikal,
regional ataupun nasional walaupun dengan ’setting’ local.
Setelah selesai pada tahapan ini Analisis
kebutuhan ini maka dapat dilanjutkan dilanjutkan analisis proses pembelajaran, Ketrampilan melakukan analisis pembelajaran penting bagi kegiatan
pembelajaran, karena pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus diberikan
lebih dulu dibanding yang lain, ini berarti pengajaran terhindar dari pemberian
isi pelajaran yang tidak relevan dengan
tujuan.
DAFTARPUSTAKA
Atwi Suparman, Desain Instructional, Proyek pengembangan Universitas
Terbuka Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional, 2001.
Dick, Walter and Carey Lou, The
Systematic Design of instruction 3rd Ed, Includes Bibliographical
References, USA, Walter Dick and Lou Carey 1990.
Gary. R, Morrison, Steven M, Ross, Jerrold
E Kemp : Designing Effective Instruction, Third Edition John Wiley and
Sons, inc printed in the USA 2001.
Fleming, Malcoln L., Intructional Massage Design,
Educational Technology Publications, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey. 1981.
West, Charles K., James A. Farmer., Phillip M. Wolff,
Intructional design Allyn And Bacon, University of Illinois at Urbana-Champaign
Boston, a991.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar